Minggu, 21 Juli 2019

toleransi di sudut jalan


Sintang , memori kasih
Ketika aku berjalan melewati jalan setapak tentang aku yang masih bertanya akan hal yang ada. Ketika berjalan aku banyak menemukan pengalaman dan hal yang cukup tabu bagiku dari hal yang aneh sampai yang familiar tapi sudahlah jangan dibahas bisik ku pada hati. Kali ini aku cukup iseng mengangkat cerita kecil dari seorang anak yang imut. Ketika aku melewati tepat didepan tempat beribadah orang katolik . seorang anak mengahampiri ku lalu mencium tangan ku. Aku terasa agak aneh dan canggung. Aku berguman ini siapa ya? Lalu degan senyuman manis dia melihat mataku lalu mengatakan “aku murid ibu ! aku tersenyum seperti guru lain aku mengemukakan alasan yang sangat pasaran. “Murid ibu cukup banyak nak jadi ibu susah mengingat “ ungkap ku. Padahal realita nya murid ku tak secuil muridnya Ki Hajar Dewantara. Formalitas basa basi pun dimulai aku bertanya sedang apa kamu disini lalu dia menjawab menerapkan ajaran ibu, aku tertegun sejenak berusaha mengingat apa yang pernah aku ajarkan. Tapi seakan pikiran aku gagal mengingat. “ ibu kan selalu bilang untuk rajin ibadah” ujarnya. Lalu aku tersentak kagum. Kepiawaian aku dalam berteka teki seakan hilang sejenak. Ibu ayolah ikut saya ke gereja aku sempat bingung mengatakan apa. Lalu aku jelaskan dengan perlahan. “ nak kita punya tempat ibadah yang berbeda “ kataku. “Lalu dia bilang kenapa harus berbeda bu ?” .” karena agama kita pun bebeda nak” ujar ku. Dia terdiam lalu aku jelaskan jangan sedih nak perbedaan itu tidak ada bandingan nya dengan persamaan. Lalu dia mengakatan “ ibu jangan lupa beribadah dan memberikan patung kecil tanda salib. lalu dia tersenyum berlari kecil ke gereja. Dari pengalaman hari ini saya banyak belajar tentang toleransi apalagi sebagai muslimah. Satu hal bahwa walaupun banyak perbedaan ada persamaan yang selalu mengikat kita dari kisah ini kita harus mengukuhan kerukunan umat beragama
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)”
Dari hadis tersebut bahwa yang yang mengikuti suri tauladan nabi yaitu yang toleransi tapi denga note tidak saling meruntuhkan ibadah masing masing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

generasi milenial dan musik tradisional

Tak diragukan lagi, bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, ratusan bahkan mungkin ribuan, baik budaya yang berupa benda maupun...