Sintang , memori
kasih
Ketika aku
berjalan melewati jalan setapak tentang aku yang masih bertanya akan hal yang
ada. Ketika berjalan aku banyak menemukan pengalaman dan hal yang cukup tabu
bagiku dari hal yang aneh sampai yang familiar tapi sudahlah jangan dibahas
bisik ku pada hati. Kali ini aku cukup iseng mengangkat cerita kecil dari seorang
anak yang imut. Ketika aku melewati tepat didepan tempat beribadah orang
katolik . seorang anak mengahampiri ku lalu mencium tangan ku. Aku terasa agak
aneh dan canggung. Aku berguman ini siapa ya? Lalu degan senyuman manis dia
melihat mataku lalu mengatakan “aku murid ibu ! aku tersenyum seperti guru lain
aku mengemukakan alasan yang sangat pasaran. “Murid ibu cukup banyak nak jadi
ibu susah mengingat “ ungkap ku. Padahal realita nya murid ku tak secuil muridnya
Ki Hajar Dewantara. Formalitas basa basi pun dimulai aku bertanya sedang apa kamu
disini lalu dia menjawab menerapkan ajaran ibu, aku tertegun sejenak berusaha
mengingat apa yang pernah aku ajarkan. Tapi seakan pikiran aku gagal mengingat.
“ ibu kan selalu bilang untuk rajin ibadah” ujarnya. Lalu aku tersentak kagum. Kepiawaian
aku dalam berteka teki seakan hilang sejenak. Ibu ayolah ikut saya ke gereja
aku sempat bingung mengatakan apa. Lalu aku jelaskan dengan perlahan. “ nak
kita punya tempat ibadah yang berbeda “ kataku. “Lalu dia bilang kenapa harus
berbeda bu ?” .” karena agama kita pun bebeda nak” ujar ku. Dia terdiam lalu
aku jelaskan jangan sedih nak perbedaan itu tidak ada bandingan nya dengan
persamaan. Lalu dia mengakatan “ ibu jangan lupa beribadah dan memberikan
patung kecil tanda salib. lalu dia tersenyum berlari kecil ke gereja. Dari pengalaman
hari ini saya banyak belajar tentang toleransi apalagi sebagai muslimah. Satu hal
bahwa walaupun banyak perbedaan ada persamaan yang selalu mengikat kita dari
kisah ini kita harus mengukuhan kerukunan umat beragama
↩
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan
kepada Rasulullah saw. “Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?” maka
beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)”
Dari hadis tersebut bahwa yang yang mengikuti
suri tauladan nabi yaitu yang toleransi tapi denga note tidak saling meruntuhkan ibadah masing masing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar