Senin, 03 Agustus 2020

generasi milenial dan musik tradisional


Tak diragukan lagi, bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, ratusan bahkan mungkin ribuan, baik budaya yang berupa benda maupun tak benda. Wayang, batik, keris, tari-tarian, alat musik tradisional daerah, bangunan bersejarah, lagu-lagu daerah dan lain sebagainya merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Warisan budaya itu semua adalah cerminan, bahwa leluhur kita bangsa Indonesia memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam menciptakan karya budaya beserta simbol-simbol filosofinya. Saya yakin, bahwa ini semua untuk diwariskan kepada anak cucunya, kita semua di jaman milenial ini.

Di jaman sekarang, di mana kemajuan teknologi telah demikian pesat, tak seharusnya kita lalai dengan peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut, karena muatan-muatan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tersimpan di setiap karya-karya itu.

Kemajuan teknologi internet dengan kemampuanya menembus batas-batas geografis, bahkan seakan dunia tak berjarak, bukanlah penghalang untuk tetap melestarikan budaya-budaya kita sendiri. Menebarnya informasi tentang pola kehidupan beserta budaya Barat, Timur, dan berbagai macam asal dan bentuknya, seakan meretas dan membongkar akar budaya bangsa Indonesia yang notabene adalah budaya Timur.

indonesia adalah negara yang beragam adat budaya dan tradisi. Dari banyak nya suku diindonesia yang memiliki alat musik tradisional, kali ini kita akan mengupas tentang suku dayak dengan alat musik sape'. 

Konon katanya, sape’ diciptakan oleh seorang pemuda yang selamat dari kecelakaan sampan yang karam dan dia terdampar di sebuah pulau di tengah sungai. Di tengah kesendiriannya, dia tiba-tiba mendengar suara musik yang disinyalir berasal dari dasar sungai. Merasa mendapat ilham dari nenek moyang, pemuda ini mencoba membuat alat musik dengan bunyi yang sama seperti yang dia dengar saat sudah pulang.

Melansir dari Portal Informasi Indonesia, kata sape’ sendiri berasal dari bahasa lokal yang memiliki arti “memetik dengan jari”. Sape' terbuat dari kayu pilihan seperti meranti dan kayu keras lainnya agar lebih tahan lama. Sesuai dengan mitologinya, bentuk sape' juga menyerupai sampan. Biasanya, sape' akan diberi ukiran motif Dayak seperti taring atau kepala burung.

Alat musik ini dimainkan oleh masyarakat Dayak untuk menyatakan perasaan, baik senang maupun sedih. Dikatakan pada zaman dahulu, lantunan musik yang riang dimainkan pada siang hari, sedangkan lantunan musik yang syahdu dimainkan pada malam hari. Dentingan yang indah dari sape’ juga digunakan untuk mengiringi tarian Dayak atau upacara adat.

Pada Dayak Kenyah dan Dayak Kenyaan, terdapat sastra lisan turunan bernama 'Tekuak Lawe'. Sastra tersebut berbunyi "sape benutah tulaang to’awah" yang makna filosofisnya berarti sape’ mampu meremukkan tulang-tulang hantu yang gentayangan. Ungkapan ini ingin menandakan bahwa dentingan suara sape’ dapat membuat menyentuh perasaan hingga membuat orang yang mendengarnya merinding.

Cara memainkan sape’ tak jauh berbeda dengan gitar, yakni dengan dipetik. Bedanya, tidak ada lubang seperti di gitar dan kunci notasi juga jelas berbeda. Terdapat dua jenis sape' yang cukup awam ditemui, yakni sape' dari Dayak Kayaan yang memiliki dua senar. Panjang Sape' Kayaan ini mencapai satu meter dan badannya lebar.

Jenis lainnya adalah Sape' Dayak Kenyah. Ukuran sape' jenis ini lebih besar yakni panjangnya mencapai 1,5 meter dengan badan yang kecil memanjang. Jumlah senarnya juga lebih banyak yaitu tiga hingga lima senar.

Dulunya, senar pada sape' berasal dari serat pohon enau. Tapi, seiring perkembangan zaman, sudah diganti dengan kawat kecil. Kini, sape' juga kerap dimainkan bersama-sama dengan alat musik modern dan bahkan disintang sendiri dimainkan dicafe cafe dan acara acara modern maupun tradisional dan bahkan acara religi sekalipun sebagai pertunjukan perpaduan musik modern dan tradisional.

mungkin saat ini pemain sape' kebanyakan dari petua petua suku, tapi berbeda disintang kalimantan barat, pemain sape' sendiri dari kalangan milenial. namanya roffi akbar seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Pontianak kampus sintang, mahasiswa ini masih berumur 20 tahun , dan yang menarik lagi mahasiswa ini berlatar belakang suku melayu. untuk keahlian bermain sape' sendiri mahasiswa ini belajar secara otodidak, dia mulai bermain sape' sejak tahun 2014 sampai sekarang. 

saya sendiri kagum karena masih ada seorang mahasiswa indonesia yang sangat bersemangat untuk memadukan antara musik modern dan musik tradisional. karena mencintai budaya asli Indonesia bukanlah hal yang kuno dan ketinggalan zaman. Justru akan bernilai positif jika bisa dengan kreatifitas menampilkan dan memperkenalkan kepada dunia. Banyaknya orang asing yang belajar tentang budaya Indonesia telah membuktikan, bahwa budaya Indonesia mempunyai nilai yang tinggi dan layak untuk dipelajari dan bahkan harus dilestarikan. kreatifitas menonjolkan sape' diimplementasiakan dengan cara keikut sertaan roffi di perkumpulan akustik coverwer etnical yang memadukan gitar, biola , drum, dan banyak alat modern lainnya lagi dengan alat musik sape'. 

Coverwer etnical sendiri adalah nama salah satu band yang terkenal dikalangan milenial Sintang, yang menampilkan cover lagu dengan diiringi musik etnik tradisional. Coverwer etnical sendiri mempunyai daya tarik yang sangat luar biasa karena band yang masih memasarkan etnik lokal seperti ini. Personil dari etnical sendiri adalah dari kalangan milenial dan mahasiswa Sintang.

biasa nya permainan sape' oleh pemuda dan teman teman nya ini bukan hanya mengiring lagu lagu tradisional tapi juga lagu lagu yang lagi trending dimasa sekarang. 

mahasiswa ini berkeinginan bahwa sape' harus tetap berkembang sesuai kemajuan zaman, dan ini terbukti dengan kontribusi dia sendiri mengikuti perkumpulan akustik akustik modern

selain berkontribusi dengan bergabung bersama akustik akustik mahasiswa ini juga bergabung di salah satu sanggar disintang. " saya merasa sangat bangga bisa memainkan alat musik sape' dan mempertunjukan di banyak cafe disintang tujuan nya sangat sederhana supaya generasi milenial tau bahwa alat musik tradisional juga bisa berkembang sesuai pesat nya zaman. walaupun bagi saya membiasakan diri menyesuaikan permainan alat musik modern cukup sulit tapi itulah tantangan baru bagi saya. Generasi milenial harus bisa menjaga budaya tradisi asli bangsa Indonesia, karena ini adalah identitas dan bernilai luhur dari nenek moyang bangsa Indonesia. " ujar mahasiswa itu.

untuk perencanaan kedepan nya mahasiswa ini berencana untuk membuat sanggar sendiri. ini bagi saya sangat luar biasa, tidak semua mahasiswa berpikir sejauh ini untuk kemajuan budaya dan tradisi indonesia. 

bahkan tidak hanya menjaga budaya tapi membawa budaya ke zona yang akan digemari oleh kalangan milenial. 


salam budaya indonesia


generasi milenial dan musik tradisional

Tak diragukan lagi, bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, ratusan bahkan mungkin ribuan, baik budaya yang berupa benda maupun...